JALAN MERAIH KEKHILAFAHAN DI MUKA BUMI 2


Akan tetapi istikhlâf (meraih kekuasaan) memiliki kewajiban-kewajiban (yang harus ditunaikan, Pent.) dalam jiwa dan kehidupan manusia. Yakni tidak boleh terpedaya dan sombong; tidak mencampakkan diri ke dalam kebinasaan dengan menunda-nunda (menjalankan kewajiban) dan cenderung kepada kemewahan dunia, serta menyepelekan perintah Allah Azza wa Jalla. Karena banyak orang mampu bersabar menghadapi ujian dan kesusahan, tetapi berguguran pada saat mendapatkan kemenangan dan kenikmatan. Bukankah pemberian ujian itu (terkadang) dengan kebaikan (perkara yang menyenangkan manusia-pent) dan terkadang dengan keburukan (perkara yang tidak menyenangkan manusia, Pent.)?

Sesungguhnya keteguhan hati di atas al-haq setelah al-haq itu dikokohkan dan setelah para pengikut al-haq diberi kekuasaan, merupakan kedudukan yang lebih tinggi daripada tamkîn (kejayaan agama) dan istikhlâf (meraih kekuasaan). Keteguhan hati itulah yang akan melindunginya, menjaganya, dan mengokohkannya. Hakikat ini tertulis dalam Al-Qur`ân dengan huruf-huruf yang nampak jelas dalam hati hamba-hamba ar-Rahman (Allah Yang Maha Pemurah):

"Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuat lagi Mahaperkasa, (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan." [al-Hajj/22:40-41].

Yaitu tetap teguh diatas manhaj (jalan haq yang terang) setelah berjaya dan berkuasa, sebagaimana sebelum mendapatkan kejayaan dan mendapatkan bermacam siksaan berat yang dilakukan oleh orang-orang kafir.

Dengan ini menjadi jelas bahwa 'ubûdiyah (penghambaan diri kepada Allah) menjadi faktor terwujudnya kejayaan dan kekuasaan. Allah k telah menjelaskan sifat mereka sebelum berkuasa dan berjaya yaitu mereka beriman dan beramal shalih, sebagaimana dalam surat an-Nûr. 'Ubûdiyah (penghambaan diri kepada Allah) itu juga sekaligus sebagai tujuan istikhlâf dan tamkîn. 'Ubûdiyah adalah hiasan para tentara Allah setelah istikhlâf dan tamkîn sebagaimana dalam surat al-Hajj.

Jika 'ubûdiyah adalah sebab kejayaan generasi teladan yang pertama dan paling utama, yaitu Nabi Muhammad n dan para sahabatnya, maka 'ubûdiyah juga sebagai sebab istikhlâf bagi ath-Thaifah al-Manshurah (golongan yang ditolong oleh Allah) dan al-Firqah an-Nâjiyah (golongan yang selamat), yaitu orang-orang yang mengikuti jalan Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya.

Jika anda ragu tentang hal itu, maka renungkanlah penjelasan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam terhadap generasi yang masih berada dalam rahim ghaib (yaitu belum muncul, karena belum waktunya, Pent.), dan generasi itu yang akan menghancurkan dan mencabut Yahudi yang dimurkai Allah hingga akar-akarnya, demi membersihkan seluruh negara dan menjauhkan manusia dari tipudaya, kejelekan dan kejahatan mereka.

Telah datang riwayat dari sahabat Abu Hurairah dan Ibnu Umar Radhiyallahu 'anhuma, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقَاتِلَ الْمُسْلِمُونَ الْيَهُودَ فَيَقْتُلُهُمْ الْمُسْلِمُونَ حَتَّى يَخْتَبِئَ الْيَهُودِيُّ مِنْ وَرَاءِ الْحَجَرِ وَالشَّجَرِ فَيَقُولُ الْحَجَرُ أَوْ الشَّجَرُ يَا مُسْلِمُ يَا عَبْدَ اللَّهِ هَذَا يَهُودِيٌّ وَرَائِي فَتَعَالَ فَاقْتُلْهُ إِلَّا الْغَرْقَدَ فَإِنَّهُ مِنْ شَجَرِ الْيَهُودِ

"Hari kiamat tidak akan datang sehingga kaum muslimin memerangi orang-orang Yahudi. Kaum muslimin akan memerangi mereka, sehingga seorang Yahudi bersembunyi di balik batu dan pohon. Batu atau pohon itu akan berkata: "Wahai muslim, wahai hamba Allah, ini seorang Yahudi di belakangku, kemarilah, bunuhlah dia," kecuali pohon Gharqad; sesungguhnya ia termasuk pohon Yahudi". [HR Mutafaq 'Alaihi][1].

Pohon dan batu akan mengangkat suaranya dengan mengatakan: "Wahai muslim, wahai hamba Allah," ini menjelaskan bahwa para tentara pelopor iman dan batalyon-batalyon ar-Rahman itu, muslim dan menghambakan diri kepada Allah Azza wa Jalla Rabb semesta alam.

Dari sini kita memahami urgensi mewujudkan penghambaan kepada Allah dalam mewujudkan kejayaan umat Islam dan dalam memulai kehidupan yang lurus di atas jalan kenabian.

Sungguh, pada saat umat Islam berjalan di atas jalan Allah, supaya agama itu semuanya untuk Allah Azza wa Jalla, maka janji Allah Azza wa Jalla pasti terwujudkan, yaitu dijadikan penguasa, berjaya, dan diberi rasa aman. Ingatlah! Sesungguhnya janji Allah pasti benar, dan ingatlah bahwa syarat dari Allah Azza wa Jalla itu telah diketahui! Maka barang siapa menghendaki janji yang mulia itu, hendaklah ia menunaikan syaratnya dan memenuhi perjanjiannya kepada Allah Azza wa Jala. Barang siapa memenuhi syaratnya, pastilah janji akan dipenuhi. Siapakah yang lebih sempurna dalam menepati janjinya dibandingkan dengan Allah Azza wa Jalla ?

عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ n يَقُولُ: إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمْ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ ذُلاًّ لاَ يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ

"Dari Ibnu Umar, dia berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Jika kamu berjual-beli 'inah (semacam riba), kamu memegangi ekor-ekor sapi, kamu puas dengan tanaman, dan kamu meninggalkan jihad, Allah pasti akan menimpakan kehinaan kepada kamu, Dia tidak akan menghilangkan kehinaan itu sehingga kamu kembali menuju agama kamu". [Hadits hasan, riwayat Abu Dawud dan lainnya dengan sanad yang hasan].[2]

Allah pasti melaksanakan urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui
.
[Diterjemahkan oleh Ustadz Abu Isma'il Muslim al-Atsari dari makalah berjudul "Fiqhul-Istikhlâf, Âyatuhu wa Ghâyatuhu", dari kitab al-Maqalât as-Salafiyah fil-'Aqidah wad-Da'wah, wal-Manhaj, wal-Waqi', karya Syaikh Salim bin 'Id al-Hilali -hafizhahullah-, Penerbit Maktabah al-Furqân, Cetakan I, Tahun 1422 H / 2001 M, halaman 157-160]

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun XI/1429H/2008M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]

by : KOMUNITAS PECINTA, PENGHAFAL, DAN PENGAMAL AL-QURAN
________
Footnotes
[1]. HR Bukhâri, no. 2926 dan Muslim, no. 2922, dan lafazhnya milik Imam Muslim, Pent.
[2]. HR Abu Dawud, no. 3462. Al-Baihaqi, 5/316. Ad-Daulabi di dalam al-Kuna, 2/65. Ahmad, no. 4825, dan lain-lain. Hadits ini memiliki banyak jalan, sehingga dihasankan oleh Syaikh al-Albâni dalam ash-Shahîhah, no. 11, dan Syaikh Ali bin Hasan al-Halabi dalam al-Arba'un Haditsan fid-Da'wah wa Du'at, no. 2, Pent

(Sebelumnya)

Tidak ada komentar: