MUSUH KITA ADALAH SYETHAN


Sebagai ummat beragama yang di dalamnya terdapat ajaran untuk mengimani unsur hidup yang ghaib, kita diwanti-wanti supaya mewaspadai musuh abadi manusia, yakni syaitan. Dan ketika Adam diciptakan, yang kemudian menggeser derajatnya, syaitan bersumpah dan meminta izin kepada Allah untuk mempergunakan hidupnya sampai kiamat guna menjerumuskan manusia kepada kesesatan. Mereka bergerilya tanpa henti di dalam kalbu manusia dengan berbagai cara dan metode. Mereka membisik, menasehati (Qs. 7 : 17, 20, 21, 27; Qs. 58 : 19) serta menanamkan keyakinan-keyakinan palsu.

Kita diberi petunjuk bahwa musuh kita yang sesungguhnya adalah syaitan. Bukan manusia, bukan malaikat, bukan pula binatang, tetapi syaitan yang ghoib-lah musuh abadi manusia. Hal itu tertuang dalam firman Allah pada Qs. Az Zukhruf 6, silahkan dicermati.

Bahwa ada unsur ghoib yang senantiasa berusaha mempengaruhi jalan pikiran kita dengan cara membisik, menasehati dan selalu mengintai. Bisikan dan nasehat itu disuarakan dalam hati manusia. Tempatnya yang berada dalam diri (hati) manusia, memungkinkan mereka untuk mengelabui manusia, sehingga tipu dayanya dirasakan manusia sebagai gerakan hatinya sendiri.

Karenanya kita harus belajar untuk merasakan keberadaan syaitan yang selalu mengintai kita. Syaitan selalu bergerilya dan mencoba terus menerus tanpa henti untuk menyetir jalan hidup manusia. Kita juga harus berjuang mati-matian untuk menempatkan syaitan sebagai musuh. Dalam benak kita, harus selalu terbentuk suasana perang, perang melawan anasir-anasir syaitan yang mengikuti peredaran darah. Sikap cengkiling terhadap segala kutikan hati, waspada dalam menerima keinginan kita. Kemudian mendeteksi gerakannya dan mengusirnya dari hati. Firman Allah :

اِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌ فَاتَّخِذُهُ عَدُوًّا اِنَّمَايَدْعُوْاحِزْبَهُ لِيَكُوْنُوْا مِنْ اَصْحَابِ السَّعِيْرِ (فاطر : 6)

Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh (mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala. (Qs. Faathir ; 6)

Caranya, dengan selalu menyensor suara hati kita, keinginan-keinginan kita dengan ukuran syareat Allah yang ada dalam Al Quran dan Al Hadist. Setiap kali muncul keinginan dan reaksi terhadap segala isi kehidupan ini, terlebih dulu diseleksi ayat-ayat Allah. Kalau itu keinginan untuk melakukan atau memiliki, meraih sesuatu, direm dulu, kemudian saring. Tidakkah ini melanggar larangan Allah ? Sesuaikah dengan program dan aturan Allah. Kalau ternyata tidak sesuai berarti keinginan tersebut berasal dari syaitan. Cara yang sama juga terapkan bila muncul dalam hati kita perasaan benar sendiri, letupan ingin marah, menyimpan dendam, iri dengki yang semua jelas dari syaitan. Begitu pandainya syaitan sehingga mampu memutarbalikkan paham tentang musuh. Manusia yang seharusnya disayangi, oleh manusia dianggap musuh. Suara syaitan dalam hati yang diwaspadai sebagai suara musuh, justru dirasakan sebagai suara hatinya sendiri.

Kejadian manusia satu membenci manusia yang lain, anak kandung membunuh keluarganya, ibu kandungnya, suami memotong-motong tubuh istrinya adalah beberapa contoh betapa syaitan begitu mudah menguasai jalan pemikiran manusia. Sifat manusia asli tidak mungkin sampai terjadi hal yang demikian. Syaitan itu nyata adanya. Kalau mereka tidak nyata, tentu tidak akan ada pertengkaran, permusuhan, saling iri dan sifat-sifat jahat lainnya. Kalau syaitan tidak ada, sudah barangtentu kehidupan manusia ini sesuai fitrah, damai, tentram dan penuh kerukunan.


Kita patut berhati-hati terhadap ambisi yang bersifat duniawi seperti ingin kaya di dunia, ingin punya kedudukan tinggi, ingin dihormati, tidak mau diremehkan, yang kesemua itu melalaikan dari Allah dan kehidupan akhirat. Sangat mungkin kutika itu timbul dari jiwa yang telah dikuasai syaitan.

اِسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ الشَّيْطَانُ فَاَنْ سهُمْ ذِكْرُاللهَ اُولـِكَ حِزْبَ الشَّيْطَانُ اَلآ اِنَّ حِزْبَ الشَّيْطَانِ هُمُ الْخسِرُوْنَ ( المجاد لة : 19)

Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah golongan syaitan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan syaitan itulah golongan yang merugi.

Jika satu pihak sudah dikuasai musuhnya, terpaksa semuanya diatur musuh. Pihak yang dikuasai tentu tidak berkutik terhadap kehendak musuh. Sekarang sudahkah kita merasakan bahwa syaitan itu musuh kita ? Bahwa syaitan itu nyata adanya meski ghoibnya wujudnya ? Jangan sampai menjadi manusia yang jiwanya sudah dikuasai syaitan tapi tidak merasa. Dan apa jadinya jika manusia tidak merasa punya musuh syaitan ?

Tidak ada komentar: