RASA CINTA PADA DUNIA Part 2


Peringatan sekaligus ancaman bahwa akan menderita kerugian dan ditunggu siksa neraka bagi orang yang memikirkan dunia dengan sedikit mengingat akhirat, tertuang dalam firman Allah berikut :

وَأَثَرَالحْيَوَةَالدُّنْيَا - فَاِنَّ الْجَحِيْمَ هِيَ الْمَأْوَى ( النازعات : 38 - 39 )
Artinya: Dan lebih mengutamakan kehidupan dunia - Maka neraka jahimlah tempatnya (Qs.79 : 38 - 39).

Ayat tersebut kiranya mampu menyadarkan kita bahwa saat ini hampir semua orang terancam neraka jahanam. Betapa tidak, manusia yang lalu lalang di jalan di kantor, bekerja di pabrik, sawah, belajar di sekolah dan perguruan tinggi, adalah untuk mempersiapkan bekal dunianya. Dan kehidupan akhirat hanya menempati urutan nomor sekian dalam persiapan hidupnya, bahkan sama sekali tidak terpikir. Memang kebiasaan mereka ketika diingatkan, berdalih dan berucap dunia - akherat, tapi prakteknya hanya dunia yang mereka bahas dan persiapkan.


كَلاَّ بَلْ تُحِبُّوْنَ الْعَاجِلَةَ - وَتَذَرُوْنَ اْلاَخِرَةَ ( القيامة : 20 - 21 )
Artinya: Sekali-kali tidaklah keadaan seperti yang kamu katakan! Tetapi sebenarnya kamu mencintai kehidupan dunia, - dan meninggalkan kehidupan akhirat. (Qs. 75 : 20 - 21)

Manusia sangat khawatir melarat dan miskin di dunia, tapi tidak pernah takut melarat dan miskin di akhirat. Mereka berusaha agar tidak diremehkan dan terhina di dunia, sementara kehinaan dan kesegsaraan ahirat yang mengancam sedikitpun tidak gentar. Orang berusaha mati-matian untuk mendapatkan kemewahan dan mencapai kesejahteraan dunia (yang fatamorgana), sedangkan kemewahan dan kebanggaan akhirat yang ditawarkan Allah sama sekali tidak menarik perhatian mereka.

اِنَّ هَؤُلآَءِ يُحِبُّوْنَ الْعَاجِلَةَ وَيَذَرُوْنَ وَرَاءَهُمْ يَوْمًا ثَقِيْلاً (الانسان : 27 )
Artinya: Bahwasannya mereka orang-orang yang kafir itu menyukai kehidupan dunia, dan tidak mempedulikan timbal belakangnya, yaitu `hari yang sangat berat`. (Qs. 76 : 27)

Kala seseorang tersandung masalah pidana atau perdata, mereka rela berkorban harta untuk menyewa pengacara, menyuap hakim atau jaksa dengan uang sekian puluh bahkan ratusan juta agar terhindar dari kekalahan atau hukuman. Tapi ketika (tanpa disadari) mereka terancam kemelaratan dan hukuman siksa akhirat karena kelalaian dan pelanggaran agama yang dilakukan, mereka tetap tenang seolah ancaman itu tidak ada. Manusia tidak menggubrisnya sedikitpun. Pada mulanya sifat dan pola pikir ini hanya dimiliki orang-orang (kafir) yang tidak percaya hari akhirat. Tapi jika orang yang lahirnya mengaku beriman, ternyata juga berpola hidup seperti itu, maka berarti ketularan sifat-sifat kafir.

Semuanya berpulang kepada diri kita masing-masing, kesejahteraan mana yang kita pilih, dunia atau akhirat. Allah memberikan kebebasan untuk memilih, mengekang nafsu kebebasan di dunia untuk menuai kebebasan di akhirat, atau melepaskan nafsu bebas, mewah di dunia dengan konsekwensi menanggung hasil hampa di akhirat. Besakit-sakit dahulu besenang-senang kemudian atau bersenang-senang dahulu bersakit-sakit kemudian. Inilah tawaran yang diberikan Allah itu :

مَنْ كَانَ يُرِيْدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيْهَا مَانَشَاءُ لِمَنْ نُرِيْدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلهَا مَذْمُوْمًا مَدْحُوْرًا (الاسراء : 18)

Barangsiapa yang menghendaki kehidupan sementara ini*) Kami berikan sekarang juga, berapa saja kami kehendaki dan kepada siapa saja yang Kami sukai. Kemudian Kami sediakan baginya neraka yang akan membakarnya sebagai orang yang nista dan terbuang.
*) Kehidupan duniawi atau keuntungan duniawi, sebagai tuntutan yang mendesak. (Qs, 17 : 18)

وَمَنْ اَرَادَالاَخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ كَانَتْ سَعْيُهُمْ مَشْكُورًا (الاسراء : 19)

Dan siapa yang menghendaki kehidupan akhirat dia berjuang dengan gigih untuk mencapai cita-citanya sebagai seorang mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang terpuji. (Qs. 17 : 19)


كُلاًّ نُّمِدُّ هَؤُلاَءِ وَهَؤُلاَءِ مِنْ عَطَاءِ رَبِّكَ وَمَا كَانَ عَطَاءُ رَبِّكَ مَحْظُوْرًا (الاسراء : 20 )

Kepada masing-masing golongan, baik golongn ini maupun golongn itu, Kami limpahi terus karunia dari Tuhanmu. Karunia itu diberikan tanpa pilih bulu 1).
1)Didakam perlombaan mencapai kebahagiaan hidup di dunia ini, terdapat dua golongan yang bersaing ialah ; Golongan kebendaan (Materialis) dan golongan kerohanian (idealis, keagamaan). Terhadap dua golongan ini Tuhan tidaklah pilih kasih dalam memberikan karunia-Nya, apaklah itu golongan meterialis atau golongan idealis (keagamaan), tidak perduli. (Qs. 17 : 20)
اُنْطُرْ كَيْفَ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَلَلْلاَخِرَةَ اَكْبَرُ دَرَجَتٍ وَاَكْبَرُ تَفْضِيْلًا (الاسراء : 21
Perhatikanlah bagaimana Kami melimpahi yang sebagian berlebih dari yang lain. Sudah pasti dalam kehidupan akhirat jauh lebih tinggi tingkatannya dan lebih besar kelebihannya. (Qs. 17 : 21)


Setiap saat kita harus selalu menyempatkan diri untuk menengok kembali sudah seberapa jauh kesiapan kita menghadapi kehidupan tersebut. Jika untuk dunia yang masa hidupnya hanya beberapa puluh atau ratus tahun saja manusia jungkir balik untuk memenuhi kebutuhannya. Maka akhirat yang abadi tentu membutuhkan waktu, konsentrasi dan usaha yang lebih banyak daripada waktu dan konsentrasi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dunia. Kalau di dunia kita sudah punya rumah, sudahkah kita berikan sedekah untuk rumah di akhirat ? Di sini tiap hari kita butuh makanan untuk mengisi perut, sudah adakah paket makanan yang dikirimkan ke akhirat (dengan memberi makan kepada fakir miskin, yatim piyatu) untuk keperluan perut kita di sana ? Kita selalu mempersiapkan untuk anak-anak kita kehidupan duniawinya, terpikirkah oleh kita untuk mempersiapkan bekal hidup akhiratnya ? Perlulah kiranya memberikan ruang berpikir yang seimbang dalam hidup kita antara kebutuhan dunia dan akhirat, agar tidak menemui penyesalan nantinya. Menumbuhkembangkan ingatan yang terus menerus dan sungguh-sungguh terhadap kondisi kedua kehidupan itu secara bersama-sama.

Pertanyaan yang muncul kemudian adalah sudahkah kita merumuskan ayat-ayat tersebut dalam kenyataan hidup kita ? Sudahkah kita memikirkan persiapan bekal di akhirat seperti halnya kita memikirkan bekal hidup di dunia ? Perlu kiranya segera banting setir agar sesuai dengan petunjuk Allah yang lurus. Setelah kita tahu begitu tinggi derajat akhirat, yang derajat tersebut hanya diperuntukkan manusia, sudah seharusnyalah manusia berusaha meraihnya. Sebab titik perbedaan antara manusia dengan binatang adalah derajat manusia yang mulia. Kemuliaan itu karena manusia punya kelanjutan hidup di akhirat, sedang sejarah binatang sebatas di dunia. Betapa meruginya hidup yang hanya dipenuhi kesibukan, kesusahan (sibuk susah) ini lalu tidak ada kelanjutan di akhirat. Namun bila di dunia sibuk susah kemudian di akhirat sibuk senang (di syurga) tentu tidak sia-sia hidup ini, disitulah letak kelebihan manusia dari binatang.

By : KOMUNITAS PECINTA, PENGHAFAL, DAN PENGAMAL AL-QURAN

Tidak ada komentar: